Hello, Breast Cancer.

One year has passed sejak kenalan sama si kanker di bulan Juli tahun 2018 lalu. Saya memilih diam saat itu, memilih tak ingin banyak yang tahu. Karena we all know lah ya, gimana basa-basinya orang Indonesia, kadang positif tapi banyak juga yang negatif, alih-alih mau perhatian tapi ujung-ujungnya jadi menghakimi. Jadi daripada saya tambah pusing sama apa kata orang yang bikin hati makin hancur, saya memilih diam untuk menata ulang hati saya yang sudah terlanjur hancur. Sampai suatu saat setelah saya lulus kemo, Novi (dari Namaste Organic) tahu, lalu dia mengajak saya untuk membagikan pengalaman saya. Dia lihat saya, seorang penderita kanker yang sedang kemo tetapi masih bisa tetap menjalani hidup dengan normal. Then I thought, “alright, I’m ready to speak up and tell my story“. Toh, masa-masa sulit sudah terlewati.

Setelah berpikir panjang, akhirnya saya memutuskan berbagi pengalaman saya. Berharap semoga bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman yang mengalami hal yang sama dengan yang saya alami. Kenapa saya harus berpikir panjang?? Mau sharing aja kok susah?? Well, karena saya tipe orang introvert yang tidak suka banyak orang tahu tentang masalah hidup saya. Bahkan saat sedang dikemo, saat kepala botak pun, saya masih tetap upload foto-foto seperti orang sehat di media sosial. Saya cari wig yang sedemikian rupa terlihat seperti rambut asli saya, and it worked. Hanya keluarga dan sahabat yang tahu saya sedang berjuang melawan kanker.

So kita mulai aja ya 🙂 2018 adalah tahun terberat yang harus saya lalui selama hidup saya. Di usia 31 tahun saya divonis stage-2 breast cancer dan sudah menjalar ke kelenjar getah bening di bawah leher, kelenjar getah bening di ketiak dan juga liver stage-4. Tidak sampai situ saja, pada tanggal 22 Juli 2018, dokter menyarankan saya untuk menjalani prosedur fine needle aspiration biopsy (FNAB). FNAB adalah suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Membutuhkan 1-2 hari sampai hasilnya keluar, untuk kemudian menentukan tumor itu jinak atau ganas—positif cancer atau tidak, dan 7-10 hari untuk menentukan jenis HER2 pada sel kankernya positif atau negatif. Menurut riset, 2 dari 5 org wanita yang menderita kanker payudara itu termasuk pada HER2 positif. Kembali lagi pada hasil cek biopsi saya, hasilnya adalah tumor ganas. Saya dinyatakan positif kanker dan HER2 positif, artinya sel kanker saya berkembang biak membelah lebih cepat karena hormon progesteron (hasil cek pada hormon esterogen negatif). Bahasa gampangnya sih, sel kanker saya diberi makan oleh hormon progesteron yang secara alami dihasilkan oleh tubuh. ‘Sudah jatuh tertimpa tangga’, seperti itu perasaan saya pada saat itu.

Saat saya divonis seperti itu, anak saya yang sulung berumur 8 tahun dan yang bungsu berumur 6 tahun. Kebayang kan apa rasanya kalau jadi saya?? Anak-anak masih kecil, saat-saat lagi butuh-butuhnya sosok mama, tapi mamanya kena kanker. Nangis sejadi-jadinya karena itu, kalau saja belum ada anak atau anak-anak sudah besar mungkin bebannya tidak seberat ini. Namun ternyata, beban berat bukan cuma ini saja… On the next post saya akan ceritakan bagaimana saya bangkit dari kekelaman.

Now, let’s talk about the beginning. Awalnya suami saya yang mendapati ada benjolan di payudara kiri saya. Ya, dia yang tahu duluan bahkan sebelum saya tahu. Kok bisa suami yang tau?? Bagi yang sudah menikah pasti tau deh, tidak perlu saya jelaskan ya… hahahaha. Saat pertama saya mendapati ada benjolan pasti langsung browsing di google dulu, cari-cari artikel tentang benjolan payudara. Setelah baca banyak artikel, meski belum periksa ke dokter saya sudah yakin benjolan saya itu adalah tumor, karena ciri-ciri yang ada pada saya semua tertuju pada tumor. Pada saat itu suami masih menghibur saya, “bisa aja cuma tumor jinak”, katanya. Lantas, memangnya ciri-ciri apa sih yang membuat saya yakin kalau benjolan saya itu tumor?

  1. Benjolan terasa padat dan keras.
  2. Benjolan tidak bergeser, tidak bisa goyang sama sekali.
  3. Daerah yang ada benjolan seperti lesung pipi, ketarik kedalam seperti tersedot atau kentop.

Dengan 3 ciri diatas saja sudah dapat dipastikan, I have tumor. Ciri-ciri seperti diatas itu juga adalah sign of breast cancer. Saat itu karena belum cek apa-apa, saya cuma bisa berdoa dan berharap semoga tumor saya jinak. Kalau berharap bukan tumor saya sudah sangat yakin itu tidak mungkin, karena semua benjolan payudara yang bukan tumor itu bisa gerak, bisa geser, dan tidak diam seperti benjolan saya.

Akhirnya saya memberitahu orang tua saya, lalu saya konsultasi sama dokter langganan keluarga saya. Beliau merekomendasikan cek darah dan USG Mamae. Dari hasil cek darah dan USG, ditemukan bahwa memang ada tumor berbentuk daging padat dengan diameter 2,5 cm. Dokter keluarga saya yang biasanya suka bercanda, kala itu mukanya serius banget. Disitu saya malah tambah yakin kalo tumor saya ganas. Haha, maklum kalo lagi kaya gitu boro-boro deh bisa positive thinking, yang ada ya negatif terus. Saat itu juga dokter langganan keluarga saya merekomendasikan untuk tidak berobat di Jakarta, tapi sebaiknya ke Penang, Malaysia. Akhirnya saya memutuskan untuk berobat di sana, and I will tell you my journey in Penang on the next post! See you 😊

One thought on “Hello, Breast Cancer.

  1. So inspiring.. Well i have 5 tumours (total) on my breast either right or left. And i think this story is very helpful for everyone that has tumour like me. Please keep spread the positive vibes.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s