Please check out Part 1 of this story in the previous post. Or you can click here.
Akhirnya, sampailah saya di Penang. Dengan surat rujukan dari dokter saya di Indonesia, saya dirujuk menuju Adventist Hospital Oncology Center. Setelah mendaftar sebagai pasien baru di Adventist Hospital, saya dibuatkan janji dengan dokter Cheong Yew Teik yang merupakan seorang spesialis bedah payudara. Setelah dokter mendengar cerita tentang tumor saya, beliau langsung mengambil keputusan untuk periksa dengan USG Mamae. Saat dokter meraba bagian leher saya sebelum proses USG, beliau langsung meng atakan bahwa kanker saya sudah menyerang kelenjar getah bening.
DEG!!
Hati mulai gak enak rasanya, what’s wrong with me?
Kemudian USG dimulai, dan ternyata ditemukan benjolan padat berdiameter 2,5 cm di payudara kiri saya. Ditambah lagi, bukan hanya kelenjar getah bening di leher saya saja yang kena, tetapi juga bagian bawah ketiak. Lalu dokter menyarankan untuk saya melakukan biopsi, yang pada awalnya saya tolak karena mendengar mitos bahwa proses biopsi bagaikan membangunkan macan yang sedang tidur. Katanya, tumor yang dibiopsi bisa berubah menjadi ganas.
Namun, dokter menjelaskan dengan sabar bahwa fine needle biopsy itu paling aman (saya menceritakan tentang fine needle biopsy di artikel sebelumnya). Dokter Cheong juga menjelaskan kalau biopsi ini penting untuk mengecek jenis tumor yang ada di badan saya.
“Kalau tidak dicek dulu tumor jenis apa yang ada di badan kamu, gimana ngobatinnya?? Tidak bisa pake rumus kira-kira sembarang diobatin, kita harus tau dulu jenisnya apa.” Katanya.
Benar juga sih, tetapi pada saat itu tentu saya masih takut. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk di biopsi. Saya langsung tanya ke dokter dengan percaya diri, “oke dok, jadi kapan saya dibiopsi?”.
Dokter langsung menjawab, “sekarang.”. What…?
“Di sini dok?! Dibius lokal??” saya bilang. Dokternya malah tertawa.
“Iya dong bius lokal, masa bius total? Gak baik untuk kesehatanmu.” katanya.
Dokter Cheong dengan sabar menjelaskan bahwa proses biopsi hanya sayatan kecil yang tidak akan terasa sakit, tetapi tetap saja saya takut dengan alat-alat kedokteran. Untungnya, pada saat itu saya adalah pasien terakhir Dokter Cheong, jadinya saya tidak mengganggu pasien lain akibat keraguan hati saya untuk melakukan biopsi. Pada akhirnya saya pasrah, menjalani biopsi sambil menangis ditemani oleh suami dan mama saya. Setelah berakhir drama biopsi, dokter memberikan rujukan untuk saya melakukan PET scan test keesokan harinya. Apa itu?
PET scan adalah pemeriksaan medis yang dilakukan untuk mendeteksi suatu penyakit tertentu di dalam tubuh. Pemeriksaan PET (positron emission tomography) scan membantu dokter Anda untuk mengetahui apa yang terjadi pada jaringan serta organ di dalam tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memaparkan sinar radiasi yang ditangkap oleh organ yang ada di dalam tubuh dengan bantuan zat radioaktif yang telah disuntikkan pada awal pemeriksaan. Biasanya, PET scan dilakukan untuk mendeteksi:
- Kanker
- Gangguan Fungsi Jantung
- Gangguan Otak
- Gangguan Sistem Saraf
Tidak seperti CT scan dan MRI, pemeriksaan ini bisa dibilang lebih canggih, karena dapat memperlihatkan aktivitas hingga pada tingkat sel. PET scan biasanya digunakan untuk melihat perkembangan penyakit kronis seperti:
- Jantung Koroner
- Tumor Otak
- Gangguan Ingatan
- Kejang-kejang
Pada pasien kanker, pemeriksaan ini membuat perkembangan sel kanker menjadi terlihat dengan lebih jelas, sehingga tim medis anda tahu apakah sel kanker sudah menyebar atau belum, serta ke mana arah penyebarannya.
Finally, keluarlah hasil biopsi dan PET scan saya. Pertama, saya dibacakan hasil biopsinya terlebih dahulu. Masih berharap semua hasil menunjukkan negatif, tapi Tuhan punya rencana lain. Hasil biopsi sel kankernya adalah esterogen (-), progesteron (+), dan HER2 (+). Hal yang paling membuat saya lemas adalah hasil HER2 yang menunjukkan positif. Artinya, karena sel kanker saya mempunyai reseptor HER2, kakinya lebih banyak daripada jenis kanker lainnya, sehingga kanker bersifat lebih ganas dan cepat menyebar.
Couldn’t help it, saya nangis lagi setelah tahu hasil biopsi. Sebagian keluarga ada yang bilang, “kok tega banget dokternya bacain hasil depan kamu?”. Pada kenyataannya bukan dokternya yang tega, tetapi saya memang berhak mengetahui kenyataan ini, dan saya tidak ingin lari dari hal itu. Saya harus tau apa yang saya hadapi, that’s why saya tanya langsung ke Dokter Cheong.
Berikutnya, saya juga tanyakan hasil PET scan. Hasilnya, kanker sudah menyerang kelenjar getah bening di leher kiri, lalu turun lagi menyerang payudara kiri. Kanker berpusat di payudara, lalu bermetastase juga ke kelenjar getah bening di ketiak kiri. One bad news after another, dan itu pun dokternya masing terus scroll ke bawah hingga sampailah di bagian hati. Ternyata, kanker juga sudah sampai juga ke hati, di mana ada benjolan berdiameter sekitar 2 cm di liver.
Sedih dan takut bercampur jadi satu pada saat itu. Seumur hidup baru tau istilah dunia runtuh yang sebenar-benarnya itu seperti apa. Setelah berbicara panjang lebar dengan dokter, dokter menyarankan untuk kemoterapi terlebih dahulu baru nanti melakukan operasi. Dokter ingin sel kankernya diciutkan dulu, baru melakukan operasi sehingga tidak menjalar kemana-mana lagi.
To be continued...
Merinding bacanya 😭😭😭. Pasti beratt bangett buat nerima kenyataan ya. Thanks Namaste udah share ini🙏. Bener2 jd kekuatan buat sesama pasien tumor. Ditunggu lanjutannya
LikeLike
Ingin tau selanjutnya kak. Karena saya juga penderita kanker payudara. Saya juga ingin sembuh kak. Terimakasih 🙏
LikeLike
Haloo bu, sya baru baca postingan ibu, dan sya salut sekali dg perjuangan ibu.. Sya punya seorg sahabat, kmaren smpat punya pengalaman sma dg kanker payudara.. Dan kebetulan juga sama, selnya aktif sekali smpai akhirnya sudah mnyebar ke paru dan otaknya, tp selasa lalu beliau meninggal bu.. Sya baca postingan ibu jdi ingat beliau, semoga ibu selalu semangat menjalani segala proses pengobatannya, segera pulih sperti sedia kala ya bu, semangat menjalani semua rencana Tuhan, krna Tuhan pasti tau apa yg terbaik bagi hambaNya.. Salam dr sya bu..
LikeLike