Allergy, shoo! Go Away! (Part 2)

Read part-1 here.

Di artikel ini, saya akan membahas proses penyembuhan Emma hingga bisa terbebas dari derita alergi. But before that, please read our little disclaimer below.

  • Hal-hal yang saya tuliskan adalah apa yang saya dan Emma alami. What works for us might not work for you, karena setiap individu memiliki perbedaan.
  • This is a real-life story. Kalian dipersilakan untuk membagikan kisah atau artikel ini kepada siapapun, namun pastikan untuk membagikan kisah lengkap atau link ke artikel ini supaya tidak ada kesalahan penangkapan informasi.
  • Tindakan dan produk yang digunakan dalam kisah ini 100% murni pengalaman kami, silakan dimanfaatkan seperlunya, namun saya bukanlah dokter yang berhak untuk memberikan saran atau preskripsi obat untuk kondisi kalian. Please do consult your doctor karena setiap tubuh mungkin berbeda.

Pertama-tama yang saya lakukan tentunya adalah mengobati lukanya. Karena kondisi kulitnya jadi memburuk akibat gatal, kering, dan digaruk, jadi sangat penting untuk kita mengobati dulu luka yang sudah terlanjur ada. Kulit harus dikembalikan dahulu ke kondisi yang baik, baru kita bisa pelajari lebih lanjut mana saja makanan yang menyebabkan alergi. One of the most important thing is to choose the right soap and lotion!  Karena kalau salah pakai sabun, bisa-bisa kulitnya malah jadi makin kering, padahal kita harus suplai sebanyak mungkin kelembaban untuk kulitnya.

My current favorite soap is Grandpa’s – Pine Tar Soap dan Kindee – Top to Toe Gel Wash. Kedua sabun ini memang bukan secara khusus dipasarkan untuk penderita eksim, namun berdasarkan pengalaman saya, keduanya sangat eczema-friendly dan malah sangat membantu meredakan serta melembabkan kulit eksim. Untuk lotion, pilihannya cukup banyak, but one of my all time favorite that works everytime would be La Roche Posay – Lipikar Baume! Sooo good! Sangat melembabkan dan mengurangi gatal, dengan bahan-bahan yang aman digunakan untuk semua umur bahkan mulai dari bayi baru lahir. Selain itu, saya juga biasa menggunakan Lucas Papaw yang sudah banyak kita kenal karena kemampuannya untuk mengatasi berbagai kondisi kulit. Untuk kasus parah, saya biasa pakai Dermatop, obat yang mengandung steroid. Namun, saya hanya menggunakannya di kasus yang parah dan saya tidak pakai dalam jangka panjang. Don’t be dependent on steroids.

Nah, yang paling krusial dalam penyembuhan adalah proses eliminasi diet atau pilah-pilih makanan untuk mencari tahu pemicu alergi. Mulai dari kertas putih, lalu coba satu persatu segala jenis makanan. Ribet? Pasti, tetapi ini adalah cara yang paling baik untuk memastikan trigger alergi si kecil. Bahkan pada saat itu, meski sudah saatnya Emma MPASI, saya putuskan untuk tunda beberapa hari. Memastikan bahwa Emma tidak ada reaksi pada ASI saya dengan kondisi clean eating, hanya mengonsumsi sayur hijau dan ikan air tawar. Ketika sudah yakin Emma tidak ada reaksi, baru saya berikan pada Emma secara langsung sayuran hijau dan ikan tersebut. Proses ini saya ulangi terus menerus untuk berbagai bahan makanan: telur, buah, oats, dan bahan makanan lainnya.

Bahkan meski sudah diuji melalui ASI, masih ada kemungkinan jika diberikan langsung, tubuh anak menolak dan memberikan reaksi alergi, loh. Terjadi ketika saya sedang menguji telur. Saat saya konsumsi telur, tidak timbul reaksi alergi pada Emma meski sudah mengonsumsi ASI saya. Namun ketika mengonsumsi secara langsung, ternyata dia alergi. Baiklah, berarti Emma alergi telur. Begitulah terus sampai saya memiliki daftar tersendiri alergen Emma sebagai patokan. Meskipun begitu, saya tetap ekstra hati-hati, untuk jenis makanan baru yang belum pernah dicoba, saya akan tetap uji terlebih dahulu melalui ASI.

Apalagi, tidak selalunya alergi disebabkan oleh bahan makanan yang umum menyebabkan alergi. Sebagai contoh, Emma sama sekali tidak alergi kedelai meski banyak anak yang alergi terhadap kedelai sehingga tidak bisa mengonsumsi tempe dan tahu. Sebaliknya, Emma malah alergi berat sama beberapa jenis buah, salah duanya itu pepaya dan kiwi. Akhirnya saya cari tahu, kenapa sih dua buah ini bisa memberikan efek alergi yang luar biasa?

Ternyata, pepaya dan kiwi termasuk ke dalam tipe buah lateks, dan memang ada beberapa orang yang memiliki sensitifitas terhadap lateks. Bahkan, tidak perlu sampai dimakan, jika lateks tersentuh kulit saja bisa menyebabkan reaksi alergi. Jadi untuk coba-coba buah, saya selalu oleskan dulu buahnya di punggung tangan Emma. Kalau muncul reaksi, tidak akan saya berikan untuk dia konsumsi. Kalau tidak muncul reaksi, saya akan berikan, namun tetap dipantau ketat karena reaksi alergi bisa saja muncul setelah makanan masuk ke pencernaan.

Karena keraguan terhadap buah, saya putuskan untuk berikan Emma mostly sayuran hijau. Sumber proteinnya dari kedelai, ikan air tawar dan daging sapi. Karbohidrat seperti nasi juga aman, namun karena keterbatasan asupan yang bisa saya berikan, saya beri dia oats yang lebih bernutrisi. Thankfully, Emma loved it.

Alright, what’s next?

Ada yang bilang bahwa alergi tidak bisa disembuhkan. Penderita alergi akan selamanya alergi, so we just have to live with it. Dulunya saya juga percaya akan hal itu, bahkan dokter-dokter pun bilang begitu, bukan? But I know now, alergi bukannya tidak bisa sembuh, namun alergi bisa kembali saat kondisi tubuh memburuk! Saya dan Emma adalah bukti hidup bahwa alergi bisa diredam, bisa tidak kambuh-kambuhan lagi. Kuncinya? Imunitas.

Saat kekebalan tubuh kita kuat, asupan makanan yang lebih baik, fungsi tubuh juga lebih optimal. Alergen adalah benda yang dianggap “asing” oleh tubuh kita sehingga memunculkan reaksi berlebihan, entah itu dalam bentuk bentol, merah, bengkak, dan lain sebagainya. Yang saya lakukan, saya redam reaksi berlebihan itu dengan sokongan nutrisi yang lengkap, menghasilkan kekebalan tubuh yang kuat.

Lalu, gimana cara saya meningkatkan kekebalan tubuh pada Emma yang masih bayi?

  • PROBIOTIK. Ini salah satu yang sangat penting karena kekebalan kita sebagian besar berasal dari pencernaan kita! Pencernaan yang sehat, tubuh yang kuat. Probiotik adalah suplai bakteri baik yang menyehatkan pencernaan. (Wanna see our probiotics collection? Click here.)
  • SUPERFOOD. Saya perkenalkan superfood sejak kecil, terutama superfood yang baik untuk pencernaan. Contohnya temulawak, yang juga baik untuk meningkatkan nafsu makan!
  • HONEY (usia di atas 1 tahun) saya mulai kenalkan madu, seperti madu uray, dan EZ Trigona, salah satu madu fenomenal yang sangat membantu kesehatan Emma.
  • CUKA APEL. Aneh, ya? Anak-anak masa dikasih cuka apel? Awalnya, sih, saya berikan karena Emma memaksa minta. Saya beri 1 sdt, lalu besoknya 1 sdm diencerkan dalam segelas air. Saya yakin sekali cuka apel ikut membantu membangun imunitasnya, karena sejak konsumsi cuka apel, Emma jadi jarang sekali sakit.

Last but not least, hal yang saya dapatkan dari perjalanan eksim Emma adalah untuk tidak pernah takut mencoba. Setiap sebulan sekali saya coba kenalkan lagi makanan yang pernah memicu alergi pada Emma. Kalau masih timbul alergi, saya akan coba lagi di bulan berikutnya. Sampai akhirnya membuahkan hasil, di usia 18 bulan Emma sudah bisa konsumsi pisang, telur dan ayam tanpa adanya reaksi alergi. Di usia 2 tahun, Emma sudah hampir selalu bisa konsumsi makanan apapun.

Di part berikutnya, saya akan ceritakan kisah Owen, anak kedua saya. Perjalanan belum berakhir, tetapi pastinya saya sudah lebih siap berjuang melawan si alergi ini, hehe.

To be continued…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s