This is an ongoing series on breast cancer by cancerwarriordiary. Read the previous articles here.
Selama ini yang paling banyak orang tahu, kalo kita kanker dan pengobatan kemoterapi pasti akan botak. Pada kenyataannya, efek dari kemoterapi itu banyak, tidak hanya botak saja. So, now I’ll share with you what happened to me during the process of chemotherapy.
1. Mual
Mual adalah satu hal yang pasti dialami oleh semua orang yang sedang kemoterapi. Kadang hanya mual saja, kadang ada juga yang sampai muntah-muntah. Most likely hal ini disebabkan karena obat kemoterapi yang sifatnya sangat keras bahkan hingga lambung pun tidak kuat. Di sinilah saya pertama kali merasakan beratnya menderita Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Tidak bisa tidur telentang karena perut kembung, rasanya mual, sehingga saya harus selalu tidur miring. Rebahan pun tidak bisa, otomatis batuk-batuk berkepanjangan seperti tersedak sesuatu tetapi tidak bisa dikeluarkan. Pilihannya hanya dua, duduk tegak atau tiduran miring.
Hal yang saya syukuri, selama proses kemoterapi ini saya tidak pernah muntah. Well, hal sekecil apapun saya syukuri, instead of dwelling on the reason I’m sad, I’m better off feeling grateful for those little things. You should, too. Or at least try to!
Mostly, yang saya rasakan hanya mual. Semacam morning sickness pada saat kehamilan, ditambah ngidamnya juga. Kalau melihat makanan biasanya tidak nafsu makan sama sekali, tetapi saat melihat makanan favorit sih langsung hilang mualnya, hahaha. Anyway, selama kemoterapi saya memang tidak jaga makan, saya makan apapun yang saya mau. Saya pikir, toh sel kankernya pun sedang dibunuh oleh obat kemoterapi itu, ‘kan? Lagipula, tubuh saya harus bugar karena obat kemoterapi akan menghancurkan semua sel yang ada di dalam tubuh, termasuk sel baik. Jadi, daripada saya drop karena kurang makan, ya saya makan saja.
Bilangnya sih begitu, padahal sebenarnya itu cuma alasan saja supaya saya bisa makan apapun yang saya mau. Setelah kemoterapi nanti, seumur hidup saya akan harus jaga makan, ‘kan? Jadi selama kemoterapi saya berusaha puas-puasin makan apapun yang saya inginkan.
2. Lemas
Lemas juga hal yang pasti dialami oleh siapapun yang sedang kemoterapi. Bagaimana tidak? Obat kemoterapi itu sangat dahsyat, luar biasa keras, menyerang semua sel tanpa pandang bulu jahat atau baik. Ibarat ada penjahat sembunyi di suatu desa, lalu kita bakar seluruh desanya termasuk orang-orang lugu yang tidak bersalah. Sama seperti di dalam tubuh, obat kemoterapi akan menghantam semua sel tanpa terkecuali. Sel adalah unit penghasil energi untuk tubuh, jadi kalau selnya banyak yang mati, tentunya energi juga sangat drop dan kita menjadi lemas.
3. Lidah Mati Rasa
Untuk poin ini, setiap obat yang digunakan selama proses kemoterapi memiliki implikasi yang berbeda-beda. Obat kemoterapi ke-1 hingga 4 membuat lidah saya merasakan rasa besi. Alhasil, semua yang masuk ke dalam mulut rasanya aneh, seperti ada aroma langu atau pahang. Ini termasuk minum air putih, rasanya jadi seperti minum darah. Tahu, ‘kan, kalo darah itu rasanya seperti besi? That’s exactly what I tasted everytime I drank water.
Lalu, saat kemoterapi ke-5 hingga 8, obat yang digunakan pun diganti. Di sini, rasanya beda lagi. Lidah saya seperti mati rasa, semua makanan bagai tidak ada rasanya. Bahkan, masakan yang menurut suami saya keasinan, bagi saya biasa saja. Selama kemoterapi juga saya jadi tidak kuat makan makanan yang pedas, padahal sebelumnya bisa. Pedas sedikit saja rasanya perih sekali, seperti anak kecil yang baru belajar makan pedas. Untungnya, saya kembali normal setelah kemoterapi berakhir, bisa makan makanan pedas lagi.
4. Masalah Pencernaan: Diare atau Sembelit
Untuk poin yang satu ini, ada dua kemungkingan yang bisa terjadi. Sebagian orang mengalami diare selama kemoterapi, namun sebagian lainnya mengalami sembelit atau susah BAB. Sembelit mungkin lebih banyak terjadi selama kemoterapi, tetapi saya sendiri malah diare. Hal ini terjadi hanya hingga kemoterapi ke-4, di kemoterapi ke-5 saat obatnya diganti, diare pun mulai berangsur hilang. Entah karena pengaruh obatnya yang berbeda atau karena tubuh saya yang mulai terbiasa menerima proses kemoterapi.
5. Menstruasi Terganggu
Kemoterapi memang bisa menyebabkan terjadinya gangguan terhadap siklus menstruasi hingga munculnya gejala-gejala seperti menopause. Hingga akhirnya menstruasi saya berhenti setelah kemoterapi ke-5, bahkan sampai sekarang tidak mens lagi. Bagaimana mau mens lagi, ‘kan ovarium dan rahimnya sudah di angkat, hehehe. Di artikel berikut-berikutnya saya akan ceritakan kisah pengangkatan rahim ini, so stay tuned!
6. Badan Bengkak
For this one, saya tidak yakin apakah semua yang melakukan kemoterapi mengalami bengkak-bengkak juga. Tetapi untuk saya, setiap kali selesai kemoterapi badan saya akan bengkak dari mulai wajah, pundah, hingga ke kaki. Bengkak ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar 2-3 hari setelah kemoterapi saja. Setelah itu akan kembali seperti semula, tetapi hal ini lumayan mengganggu karena bengkaknya ini terasa linu jika ditekan.
7. Mimisan
Pengobatan kanker payudara menyebabkan turunnya jumlah trombosit, yang dapat menggumpal di area tertentu, salah satunya di hidung. Karena rendahnya jumlah trombosit, risiko mengalami mimisan jadi semakin tinggi. Tidak perlu tekanan yang besar, bahkan disentuh saja bisa menyebabkan hidung berdarah. Darahnya juga kental seperti lendir karena penggumpalan itu (saya pernah post fotonya di instagram @cancerwarriordiary if you wanna check it out).
8. Buang Air Kecil Perih
Beberapa pengobatan kanker memang bisa menyebabkan masalah pada kandung kemih. Obat yang digunakan pada kemoterapi dapat menyebabkan dinding kandung kemih mengalami iritasi sehingga buang air kecil jadi terasa perih. Inilah mengapa dokter selalu berpesan untuk minum air putih hingga tiga liter per hari selama kemoterapi. Cairan yang cukup akan membantu mengurangi severity dari efek samping ini.
9. Rambut Rontok
Meski poin ini paling populer atau diketahui oleh banyak orang, nyatanya efek samping ini tidak selalu terjadi pada semua penderita kanker. Hanya jika obat yang digunakan untuk kemoterapi berpengaruh pada hormon, pengobatan akan menyebabkan kerontokan hingga kebotakan. Contoh jenis kanker yang penyembuhannya akan menyebabkan kerontokan adalah kanker kelenjar getah bening, kanker payudara, kanker rahim, kanker mulut rahim, dan masih banyak lagi. Jenis kanker tertentu seperti misalnya kanker usus, kanker hati, dan kanker paru tidak akan menyebabkan kerontokan apalagi kebotakan selama penyembuhannya. Waktu itu saya sempat bingung, mempertanyakan kenapa ada orang-orang yang tidak botak selama kemoterapi. Ternyata, memang tidak semua kanker akan menyebabkan kebotakan untuk penyembuhannya.
Kerontokan rambut ini bukan hanya pada rambut di kepala, tetapi juga rambut lain yang ada pada tubuh kita, tidak terkecuali alis dan bulu mata. Jadi, botaknya bukan hanya botak kepala, tetapi seluruh badan bagaikan anak bayi yang baru saja lahir.
10. Mudah Sariawan dan Sakit Tenggorokan
Another thing to be thankful about, saya tidak mengalami sariawan selama kemoterapi. Sariawan pada saat kemoterapi sebenarnya seringkali disebabkan karena imun tubuh menurun, sehingga kita jadi lebih mudah mengalami sariawan. Karena itulah, setiap jadwal kemoterapi, dokter selalu memberikan obat kumur supaya mulut tidak mudah terkena sariawan. Kalau sakit tenggorokan saya masih mengalami, bahkan setelah kemoterapi pertama, saya demam hingga 39 derajat celsius.
11. Kuku Hitam
Salah satu efek samping yang sangat jelas terlihat adalah perubahan warna kuku tangan dan kaki. Kuku mungkin akan terlihat luka, berwarna kehitaman, keunguan, bahkan kehijauan. Selain itu, kuku juga bisa menjadi sangat kering dan kasar, serta mudah patah.

12. Kulit Kering
Kurang lebih sama seperti poin sebelumnya, kulit juga sangat mungkin mengalami kekeringan atau dehidrasi selama proses kemoterapi. Saya tidak ingat betul kapan awalnya kulit saya kering parah hingga gatal-gatal, tetapi efek samping ini bisa diatasi dengan pengaplikasian lotion yang melembabkan.
13. Nyeri Sendi
Pada kemoterapi ke-5 hingga 8, seluruh sendir di sekujur tubuh rasanya nyeri dan linu, cekat-cekot yang membuat tidak nyaman. Tidak terjadi pada kemoterapi pertama hingga ke-4, baru terjadi saat saya diberi obat leucocyte booster dan ganti obat (saya ceritakan di artikel sebelumnya). Namun efek samping ini tidak berlangsung lama, sekitar lima hari setelah kemoterapi sudah mulai hilang rasa nyerinya.
Sejauh ini, itulah efek samping yang saya rasakan dari proses kemoterapi. Biasanya efek-efek ini saya rasakan paling hebat di minggu pertama setelah kemoterapi, sedangkan minggu berikutnya sudah mulai kembali bisa beraktivitas seperti biasa. Imunitas kita rusak selama proses kemoterapi, sehingga lebih mudah terjangkit penyakit seperti flu dan demam. Pastikan untuk jaga kesehatan sebaik mungkin, pakai masker kalau di tempat umum, dan minum suplemen multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Stay healthy, everyone!
Stay tuned for the next article, in which I will be discussing about another cancer treatment process.
Halo,salam kenal,mana lanjutan cerita inspiratif dr ce fenny
LikeLike
Salam kenal juga, terimakasih banyak ya sudah meluangkan waktu membaca blog saya 🙏🏻
LikeLike