
Kalian yang sudah sedikit banyak mengenal dunia healthy lifestyle pasti pernah dengar, atau membaca, produk makanan atau minuman yang bertuliskan “gluten-free“. Meski sering muncul di mana-mana, do you guys know exactly what gluten is?
Gluten menjadi hal yang ‘kontroversial’ beberapa puluh tahun ke belakang. Ada yang bilang baik, ada yang bilang buruk, ada juga yang bilang tidak baik ataupun buruk. Kalau gluten tidak buruk, lalu mengapa ada orang yang tubuhnya bereaksi buruk atau melakukan penolakan terhadap gluten? Well, let’s start from the beginning. Apa itu gluten?
Sejatinya, gluten adalah jenis protein yang ditemukan pada biji-bijian yg termasuk keluarga gandum (misalnya: wheatberry, durum, emmer, semolina, spelt, farina, farro, graham, einkorn, dll). Gluten berperan sebagai lem perekat yg membantu makanan untuk mempertahankan bentuknya. Ketika tepung yang mengandung gluten dicampur dengan air, protein gluten membentuk jaringan lengket yang memiliki konsistensi seperti perekat. Bentukan lem inilah yang membtuat adonan menjadi elastis dan mampu mengembang ketika dipanggang, serta membentuk tekstur chewy yang disukai banyak orang.
Pada umumnya, orang dapat mencerna gluten dengan baik seperti halnya bahan-bahan makanan lainnya. Pada dasarnya, gluten hanyalah satu jenis dari ribuan jenis protein nabati yang ada di bumi ini. Meskipun begitu, beberapa orang secara spesifik tidak bisa mencerna gluten. Some people are allergic, some others suffer from celiac.
Para penderita penyakit ini tidak dapat mencerna gluten dengan baik, sehingga apabila mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, tubuhnya akan menolak. Penolakan ini banyak bentuknya, beberapa di antaranya berupa terjadinya kerusakan dinding usus, kelainan proses pencernaan, serta dapat menimbulkan penyakit lain seperti diare, konstipasi, pusing-pusing, mual-mual, rashes atau bentol-bentol, bahkan depresi.
Untuk orang-orang yang tidak menderita celiac atau alergi gluten, konsumsi gluten dalam jumlah sewajarnya tidak berbahaya untuk kesehatan. Dalam jumlah banyak, gluten memang bisa menyebabkan perasaan begah atau bahkan sakit perut. Karena gluten sendiri adalah ‘lem perekat’, sehingga membutuhkan energi lebih banyak untuk mencerna dan menghancurkan ikatan makanan bergluten di dalam perut. Intinya, pencernaan kita jadi harus bekerja keras, and that is why you should be mindful consuming gluten. Termasuk di dalamnya adalah mie, roti, cake, dan makanan olahan tepung lainnya.
Namun, apakah makanan bergluten bisa disebut ‘tidak sehat’?
Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena gluten pun sebenarnya masih mengandung nutrisi, kok! At the end of the day, gluten adalah protein juga. Meski lebih sulit dicerna daripada jenis protein lainnya, gluten masih dikategorikan sebagai sumber protein.
Meskipun pada umumnya kita bisa mencerna glutein baik-baik saja, melakukan pengurangan konsumsi gluten tentunya ada baiknya juga untuk kesehatan pencernaan. Pencernaan tidak perlu dipaksa bekerja keras mencerna gluten setiap saat, sehingga pencernaan pun jadi lebih lancar. Kalau pernah merasa sembelit atau susah buang air besar setelah makan mie atau roti, that might be why!
Tetapi harus diingat, gluten tidak sepenuhnya jahat, tapi tidak sepenuhnya baik juga. Eat gluten sparingly, and you’ll be completely fine. Makanan gluten-free juga tidak selalunya sehat. Gluten-free junk food is still a junk for our body!
Sekarang jadi bertanya-tanya, kalo untuk anak bagaimana?
Anak yang belum menginjak umur satu tahun pada umumnya sistem pencernaannya belum sempurna, jadi akan lebih kesulitan mencerna gluten (meskipun tidak pada semua kasus seperti ini). Jadi, sebaiknya makanan yang mengandung gluten seperti roti atau mie diperkenalkan pada anak secara perlahan dan dalam batas sewajarnya.
Sebenarnya, makanan yang tidak mengandung gluten dan umum di Indonesia itu banyak sekali. Misalnya nasi, makanan utama masyarakat Indonesia ini bersifat gluten-free! Buah, sayur, ikan, kacang-kacangan pun bebas gluten dan sangat bergizi. Semuanya sangat mudah ditemukan di sekeliling kita, kan?
Kesimpulannya, memang makanan bergluten itu dapat berbahaya bagi sebagian orang yang memiliki kondisi tertentu, dan memang lebih sulit dicerna dibandingkan makanan bebas gluten. Meskipun begitu, makanan bebas gluten juga tidak selalunya lebih sehat, it all depends on the food itself. Makanan bebas gluten yang mengandung pengawet, pewarna, penguat rasa dan minim nutrisi tentunya masih termasuk junk-food.
So, yang harus diperhatikan itu bukan cuma label “Gluten-free” saja, tetapi bahan-bahan lainnya juga. Jika dimakan sewajarnya dan dengan penuh kesadaran, makanan bergluten tidak akan berbahaya bagi kesehatan. Hal ini berlaku untuk semua jenis makanan, bukan hanya makanan bergluten. Sebelum makan, cari tahu dulu tentang makanan tersebut. Apakah kita memiliki sensitivitas atau bahkan alergi terhadap bahan makanan tersebut? You know your body best!
Wanna shop gluten-free products from Namaste Organic? Click here.